KENAPA ALERGI DENGAN PEMBAHASAN BID'AH

KENAPA ALERGI DENGAN
PEMBAHASAN BID'AH....?

Kenapa Alergi Terhadap Bahasan Bid'ah...?
Rasulullah sangat sering, bahkan bisa dibilang setiap khutbah selalu diawali dengan bersabda dan mewanti-wanti ummat akan bahaya bid'ah !!

Tidakkah takut dengan peringatan beliau ini..!? Apakah kita tak ingin meniru Beliau shallallahu alaihi wa sallaam?

Jâbir bin 'Abdillâh Radhiyallahu anhuma menceritakan :
ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﻄَﺐَ ﺍﺣْﻤَﺮَّﺕْ ﻋَﻴْﻨَﺎﻩُ ﻭَﻋَﻼَ ﺻَﻮْﺗُﻪُ ﻭَﺍﺷْﺘَﺪَّ ﻏَﻀَﺒُﻪُ ﺣَﺘَّﻰ ﻛَﺄَﻧَّﻪُ ﻣُﻨْﺬِﺭُ ﺟَﻴْﺶٍ
"Bila sedang berkhutbah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerah matanya, suaranya keras dan kemarahan beliau memuncak, seakan-akan beliau sedang memperingatkan pasukan (dari musuh)…"
[HR. Muslim]

Masyaa Allah..
Sampai-sampai suara Beliau shallallahu alaihi wa sallaam keras dan meninggi, bahkan matapun sampai memerah, seakan mengingatkan ummat akan betapa bahaya musuh !!

Inilah bahaya yang Beliau shallallahu alaihi wa sallaam peringatkan pada ummat :
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﺈِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻫُﺪَﻯ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺷَﺮُّ ﺍﻷُﻣُﻮﺭِ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ ﻭَﻛُﻞُّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟَﺔٌ
“Amma ba’du.

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan”
[HR. Muslim | Lihat shahiih Muslim]

Dan masih sangat banyak lagi hadits-hadits shahiih tentang betapa bahaya dan tercelanya bid'ah !!

Lantas, kenapa justru banyak diantara sebagian saudara kita yang tidak pernah mengingatkan ummat akan bid'ah...?
Bahkan sangat alergi akan bahasan bid'ah..? Bahkan justru menyerang saudara lainnya yang mangingatkan bid'ah dengan berbagai macam celaan...?

Bukankah kita sesama muslim harus saling menasehati dan mengingatkan...?
Wallaahul musta'aan.

Abu Ad-Darda radhiallahu’anhu mengatakan :
“Jadilah
[1] alim (ulama), atau
[2] muta’alim (orang yang belajar ilmu) ,
[3] mustami‘ (pendengar ilmu), atau
[4] muhibb (pecinta ilmu),
Namun jangan jadi yang kelima [5]”
Humaidi bertanya,
“Aku bertanya kepada Al Hasan (Al Bashri), siapa itu yang kelima....??”
Al Hasan (Al Bashri) berkata : “Ahlul Bid’ah”
[Dari kitab Al Ibanah, Karya Ibnu Bathah, Bab Al Iman, 1/342]

Faidah :
Andai kita tidak mampu menjadi ulama, tidak sanggup menjadi pelajar agama yang serius, setidaknya kita mendengarkan pelajaran-pelajaran agama atau setidaknya kita tidak membenci ilmu agama dan orang yang menerapkan ilmu agama.

Semoga Allah Selalu Menunjuki Hati Kita Semua..


Postingan populer dari blog ini

Anfiq unfiq alaik(a)

APAKAH KOTORAN KUCING NAJIS Ustadz Badru Salam

LAFADZ ISTIGHFAR