Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 22, 2016

Niat (Rumaysho)

Gambar
Hukum Melafadzkan Niat (Usholli, Nawaitu …) Sahabat – Al Faruq-  Umar bin Khaththab radhiyallahu ’anhu  berkata,”Saya mendengar Rasulullah  shallallahu ’alaihi wa sallam  bersabda,’ Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya’. ” (HR. Bukhari & Muslim). Inilah hadits yang menunjukkan bahwa amal seseorang akan dibalas atau diterima tergantung dari niatnya. Setiap Orang Pasti Berniat Tatkala Melakukan Amal Niat adalah amalan hati dan hanya Allah Ta’ala  yang mengetahuinya. Niat itu tempatnya di dalam hati dan bukanlah di lisan, hal ini berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama sebagaimana yang dinukil oleh Ahmad bin Abdul Harim Abul Abbas Al Haroni dalam Majmu’ Fatawanya.

NIAT

Polemik Pelafalan Niat Dalam Ibadah Oleh: Syaikh Masyhur Hasan Salman hafizhahullah   Mengeraskan bacaan niat tidaklah wajib dan tidak pula sunnah dengan kesepakatan seluruh ulama. Bahkan hal tersebut adalah bid’ah yang bertentangan dengan syari’at. Jika seseorang berkeyakinan bahwa perbuatan ini adalah bagian dari ajaran syariat, maka ia orang yang jahil, menyimpang, dan berhak mendapatkan hukuman  ta’zir  jika ia tetap bersikeras dengan keyakinannya, dan tentu saja setelah diberikan pengertian dan penjelasan. Lebih parah lagi jika perbuatannya itu mengganggu orang yang ada di sebelahnya, atau ia mengulang-ulang bacaan niatnya. Hal ini difatwakan oleh lebih dari seorang ulama. Di antaranya Al Qodhi Abu Ar Rabi Sulaiman Ibnu As Syafi’i, ia berkata: الجهر بالنّية وبالقراءة خلف الإمام ليس من السنّة، بل مكروه، فإن حصل به تشويش على المصلّين فحرام، ومن قال بإن الجهر بلفظ النيّة من السنّة فهو مخطئ، ولا يحلّ له ولا لغيره أن يقول في دين الله تعالى بغير علم “Mengeraskan bacaan niat atau m

KEKELIRUAN MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN

Gambar
KEKELIRUAN MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Sebentar lagi kita kedatangan tamu dari Allah yang mulia. Pastinya kita sebagai orang Islam sangat bergembira menyambutnya. Namun kita tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan syariat tentangnya. Tidak boleh kita melampui batas sehingga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan subtansi Ramadhan dan menciptakan tuntutan-tuntunan baru yang tak disyariatkan. Berikut ini beberapa kekeliruan dan kesalahan dalam menyambut bulan Ramadhan yang banyak tersebar luas di tengah-tengah masyarakat. 1. Mengkhususkan Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan Tidaklah tepat keyakinan bahwa menjelang bulan Ramadhan adalah waktu utama untuk menziarahi kubur orang tua atau kerabat yang dikenal dengan “nyadran”. Kita boleh setiap saat melakukan ziarah kubur agar hati kita semak

KHASIAT AIR ZAM ZAM

Gambar
Khasiat Air Zam-Zam Banyak mungkin yang sudah mengenal air zam-zam dan mungkin pula pernah menikmati kelezatannya. Namun, sebenarnya air yang satu ini punya khasiat yang tidak kita temui dalam air lainnya. Simak artikel faedah ilmu berikut. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz  [1]  -rahimahullah- pernah ditanya, “Apakah ada hadits shahih yang menjelaskan mengenai khasiat air zam-zam?” Beliau –rahimahullah- menjawab, “Telah terdapat beberapa hadits shahih yang menjelaskan mengenai kemuliaan air zam-zam dan keberkahannya. Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  menyebut air zam-zam, إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ “ Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan .” [2] Ditambahkan dalam riwayat Abu Daud (Ath Thoyalisiy) dengan sanad  jayyid  (bagus) bahwa Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, وَشِفَاءُ سُقْمٍ “ Air zam-zam adalah obat dari rasa sakit (obat penyakit). ” [3] Hadits-hadits d

KATAKANLAH KEBENARAN WALAU ITU PAHIT

Katakanlah Kebenaran Walau itu Pahit Berkatalah yang benar walau itu pahit. Kebenaran tetap diterapkan walau ada celaan dan ada yang tidak suka. Inilah prinsip yang diajarkan dalam Islam oleh Nabi kita  shallallahu ‘alaihi wa sallam . Nasehat ini beliau sampaikan pada sahabat mulia Abu Dzarr. Dalam tulisan kali ini akan diajarkan tiga contoh penerapan bagaimana kita mesti menerapkan kebenaran meski banyak yang berkomentar. عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ أَمَرَنِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِسَبْعٍ أَمَرَنِى بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ وَأَمَرَنِى أَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِى وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِى وَأَمَرَنِى أَنْ أَصِلَ الرَّحِمَ وَإِنْ أَدْبَرَتْ وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَسْأَلَ أَحَداً شَيْئاً وَأَمَرَنِى أَنْ أَقُولَ بِالْحَقِّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا وَأَمَرَنِى أَنْ لاَ أَخَافَ فِى اللَّهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ وَأَمَرَنِى أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ فَإِنَّهُنَّ مِنْ كَنْزٍ تَحْتَ الْعَرْشِ Dari Abu Dzaar, ia ber

ANJURAN MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDO'A

Anjuran Angkat Tangan Ketika Berdoa Dalil Tentang Mengangkat Tangan Dalam Berdo’a Sangat banyak hadis yang menunjukkan tentang sunahnya mengangkat tangan saat berdoa, bahkan sebagian para ulama ada yang mengatakan bahwa hadisnya mencapai derajat mutawatir maknawi. Imam As Suyuthi mengatakan, “Ada sekitar seratus hadis dari Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  yang menunjukkan bahwa beliau mengangkat tangan saat berdo’a, saya telah mengumpulkannya dalam sebuah kitab tersendiri, namun hal itu dalam keadaan yang berbeda-beda. Setiap keadaannya tidaklah mencapai derajat mutawatir, namun titik persamaan antara semuanya yaitu mengangkat tangan saat berdo’a mencapai derajat mutawatir.” (Tadribur Rowi 2/180) Namun karena hadist-hadist tersebut banyak yang panjang, maka cukup disini disebutkan letak permasalahan mengenai mengangkat tangannya Rasulullah saat berdoa’. Hadits-hadits tersebut diantaranya adalah : Imam Bukhari mencantumkan sebuah bab dalam kitab shahih beliau : “ Bab men

HUKUM MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDO'A

Hukum Mengangkat Tangan Ketika Berdo’a Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullah- pernah ditanyakan, “ Bagaimanakah kaedah (dhobith) mengangkat tangan ketika berdo’a? ” Beliau –rahimahullah- menjawab dengan rincian yang amat bagus : Mengangkat tangan ketika berdo’a ada tiga keadaan : Pertama , ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan. Kondisi ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat tangan ketika berdo’a. Contohnya adalah ketika berdo’a setelah shalat istisqo’ (shalat minta diturunkannya hujan). Jika seseorang meminta hujan pada khutbah jum’at atau khutbah shalat istisqo’, maka dia hendaknya mengangkat tangan. Juga contoh hal ini adalah mengangkat tangan ketika berdo’a di Bukit Shofa dan Marwah, berdo’a di Arofah, berdo’a ketika melempar Jumroh Al Ula pada hari-hari tasyriq dan juga Jumroh Al Wustho. Oleh karena itu, ketika menunaikan haji ada enam tempat untuk mengangkat tangan : [1] ketika berada di Shofa, [2] ketika berada di Marwah, [3] ketika berada di Ar

HUKUM MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDO'A

Hukum Mengangkat Tangan Ketika Berdo’a Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullah- pernah ditanyakan, “ Bagaimanakah kaedah (dhobith) mengangkat tangan ketika berdo’a? ” Beliau –rahimahullah- menjawab dengan rincian yang amat bagus : Mengangkat tangan ketika berdo’a ada tiga keadaan : Pertama , ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan. Kondisi ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat tangan ketika berdo’a. Contohnya adalah ketika berdo’a setelah shalat istisqo’ (shalat minta diturunkannya hujan). Jika seseorang meminta hujan pada khutbah jum’at atau khutbah shalat istisqo’, maka dia hendaknya mengangkat tangan. Juga contoh hal ini adalah mengangkat tangan ketika berdo’a di Bukit Shofa dan Marwah, berdo’a di Arofah, berdo’a ketika melempar Jumroh Al Ula pada hari-hari tasyriq dan juga Jumroh Al Wustho. Oleh karena itu, ketika menunaikan haji ada enam tempat untuk mengangkat tangan : [1] ketika berada di Shofa, [2] ketika berada di Marwah, [3] ketika berada di Ar

HUKUM BERDOA KETIKA HAID

Wanita Haid Tidak Boleh Berdoa? Bolehkah berdoa ketika haid? Bagaimana caranya? Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du, Tidak semua ibadah dilarang ketika haid. Wanita haid hanya dilarang melakukan ibadah tertentu. Dalam Fatwa Islam disebutkan beberapa daftar ibadah yang dilarang untuk dikerjakan ketika haid, الحائض تفعل جميع العبادات إلا الصلاة والصيام والطواف بالكعبة والاعتكاف في المسجد “Wanita haid boleh melakukan semua bentuk ibadah, kecuali shalat, puasa, tawaf di ka’bah, dan i’tikaf di masjid.” (Fatwa Islam no. 26753) Boleh Membaca Dzikir ketika Junub Ibnul Mundzir mengatakan, روينا عن ابن عباس أنه كانَ يقرأ وِرْدهُ وهو جنب ، ورخّص عكرمة وابن المسيب في قراءته “Kami mendapatkan riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau membaca wiridnya ketika junub. Ikrimah dan Ibnul Musayib memberi keringanan untuk membaca wirid ketika junub .” (HR. Ibnul Mundzir dalam al-Ausath, 2/98). Boleh Berdoa Ketika Haid Berdoa termasuk dzikir. Se

13 ADAB BERDO'A

Tata cara berdoa sesuai tuntunan 13 Adab berdoa Pertama,  mencari waktu yang mustajab. Diantara waktu yang mustajab adalah hari arafah, ramadhan, sore hari jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir. Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, ينزل الله تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من يدعونى فأستجب له، من يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له “Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta-Ku, Aku beri, dan siapa yang minta ampunan pasti Aku ampuni.”  (H.r. Muslim) Kedua,  memanfaatkan keadaan yang mustajab untuk berdoa . Diantara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka. Abu Hurairah  radliallahu ‘anhu  mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika; jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, keti